20090323

IMAN YG MEMBERI HIDUP


PROLOG  Penggunaan Simbol

Salib , adalah sebuah benda yang tidak asing dalam kehidupan orang percaya. Hampir setiap rumah orang kristen (tidak semua) memiliki salib, bisa berupa lukisan ataupun berupa hiasan dinding. Kenapa demikian ??
Karena salib sudah sangat dipahami sebagai simbol dari orang kristen, sehingga aneh rasanya bila ada orang non kristen yang menggunakan simbol ini. Atau sebaliknya, aneh juga kalau orang kristen tidak memiliki salib di rumahnya.

Ilustrasi  rumah saya tidak ada salib untuk beberapa tahun. Sempat beberapa orang menanyakan hal tersebut. ‘mana salibnya? Kan orang kristen’, atau dalam bentuk ungkapan lain, ‘o, bapak kristen, kog tidak ada salibnya. Bagi saya ada salib atau tidak di rumah saya itu tidaklah penting, karena yang terpenting bagi saya, kekristenenan atau iman seorang tidak diukur dari adanya salib atau tidak. Kekristenan / kehidupan beriman harus terpancar dari sikap dan cara hidup kita.
Sama halnya dengan pohon natal. Yang juga sebuah simbol yang melekat pada orang kristen saat natal tiba (bulan desember). Saya pun sempat tidak pajang pohon natal utk beberapa tahun. Baru tahun lalu (2008), saya akhirya memajang pohon natal dgn lampu kelap kelip serta lengkap dgn hiasannya. Ini pun dengan ukuran yang kecil saja. Karena saya berpendapat bahwa merayakan natal tidak harus dengan pohon natal, yang terpenting adalah bagimana memaknai kelahiran kristus dalam hidup kita. Kehadiran pohon natal di rumah kita tidak menjamin bahwa Kristus lahir di rumah kita.
Itu pendapat saya , meskipun ada juga beberapa alasan teknis praktis.

Simbol vs Simbolisme

Meskipun saya katakan tadi bahwa hidup kekeristenan kita dan sikap beriman kita tidak ditentukan pada simbol2 tersebut, apakah salah kita menggunakan salib yang dipajang dirumah, atau dalam bentuk salib yang kita pakai untuk kalung ataupun anting2. Atau juga kita gantung di mobil kita. Saya katakan itu sah2 saja dan tidak ada yang melarang.

Karena sesungguhnya simbol seperti itu memang dibutuhkan. Dengan kehadiran simbol itu membantu kita untuk menemukan makna iman yang lebih mendalam dari peristiwa ataupun perihal yang disimbolkan.

Contoh 
1. salib membantu kita mengingat akan peristiwa paskah, dimana Tuhan Yesus telah mati, dan tidak berhenti sampai disitu tapi Ia bangkit pada hari yang ke-3. Oleh karena itu, itulah yang membedakan salib orang kristen protestan dgn orng khatolik. Orang kristen menekankan pada kebangkita (hanya salib), sedangkan orang khatolik menekankan pada kematiannya (salib + ada yg disalib)
2. lilin membantu kita untuk mengingat akan pesan Tuhan bahwa kita dipanggil untuk menjadi terang dunia, meskipun sinarnya kecil, tapi itu akan mempunya arti bagi orang lain yang hidup dalam kegelapan. Seperti saat ini, ada 4 lilin yg dinyalakan, untuk membantu kita mengingat bahwa saat ini kita sudah memasuki minggu pra-paskah yg ke 4.
Dan masih banyak simbol2 lain dalam gereja kita, kalau di gereja katolik akan lebih banyak lagi, ada patung, lukisan dinding, dsb.

Simbol2 ini hanya membantu. Dan jangan jadikan ini yang utama. Tidak diharapkan kita mempercayai bahwa salib ataupun simbol yang lainnya mempunyai kekuatan magis, sehingga daripadanya kita mengharapkan pertolongan. Meskipun dalam film2, sering sekali digambarkan bahwa salib mempunyai kekuatan. Saat ada kuasa jahat yang mau menyerang kita, maka kita segera mencari salib, maka kuasa jahat itu tidak dapat mengganggu kita.
Saya katakan itu tidak boleh terjadi, karena sikap meyakini bahwa simbol2 itu dapat menolong dan dipercayai mempunyai kekuatan, kita sudah terjebak dalam belenggu simbolisme. Dimana orang sudah tidak lagi mempercayai kuasa Allah, tapi mempercayai simbol itulah yang menolong.

Yang terjadi adalah praktek2 yang tidak tepat, seperti karena merasa sudah pasang salib di mobil, maka kita berani melaju dengan kecepatan tinggi, karena yakin bahwa kalau sudah ada salib maka dia terhindar dari kecelakaan. Ataupun dalam kasus yang lain, kita merasa lebih percaya diri saat memakai salib dileher, kita sudah merasa kuat tidak takut dengan apapun.
Dan bisa terjadi juga, saat perjamuan kudus berlangsung, mengambil rotinya lebih dari satu, satu dimakan saat itu yang lain dibawa pulang untuk dibawakan ke orang yang sakit.

Illustrasi  bawa roti perjamuan untuk sapinya yang sakit.

Sekali lagi saya katakan itu tidak tepat. Simbol dibutuhkan hanya untuk membantu kita memahami kuasa Allah. Bukan simbol itu yang punya kuasa, itu simbolisme, yang menggeser keyakinan kita tidak lagi kepada Allah.



Simbol ular tedung Musa

Sama halnya ketika Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat ular tedung dari tembaga dalam bacaan kita pada saat ini. (bacakan : Bilangan 21:8~9).

Kondisinya saat itu, bangsa Israel sudah mulai bersungut2, karena memang rute perjalan yang ditempuh adalah medan yang sangat berat yaitu padang gurun, serta jalan nya berputar2. Saya mencoba bayangkan bagimana kondisi padang gurun, gersang, panas dan serba terbatas. Pastilah tidak nyaman berada dipadang gurun. Dan ini yg dialami bs Israel mulai kesal, mulai berkeluh kesah, dan mulai membanding2kan hidup mereka sebelum keluar dari tanah mesir. Meskipun dalam penindasan, mereka merasa lebih nyaman. Mereka katakan "Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak." (bilangan 21 : 5)

Mereka mulai menyalahkan Musa, dan juga mulai menyalahkan Tuhan sebagai pemrakarsa pembebasan mereka dari perbudakan. Mereka mulai berpikir hidup mereka lebih nyaman di tanah mesir, mau makan apa saja dengan menu yang bervariasi dibandingkan hanya makan manna yang tanpa rasa (hambar).

Ini juga menjadi gambaran orang kristen saat ini, saat Tuhan mau membawa umat Tuhan kepada kehidupan dalam tanah perjanjian, kita sering kali mulai komplain, bersungut2, berkeluh kesah, merasa jadi orang kristen itu susah, tidak boleh ini itu. Bahkan dalam situasi tertentu Tuhan mengijinkan kita untuk mengalami ‘padang gurun’. Mengapa? Karena Tuhan sedang memproses setiap kita, merubah mental budak kita menjadi mental anak2 Tuhan. Itu berat, itu tidak menyenangkan. Oleh karena itu, sering kita menjerit, tidak kuat. Dan mulai banding2kan dengan kehidupan orang yang masih dalam perbudakan dosa.

Tuhan tahu setiap jeritan kita, kalau jeritan kita minta tolong maka Dia akan menolong. Tapi kalau sudah mulai komplain sama Tuhan. Maka apa yang terjadi ?
Dalam ayat selanjunya dikatakan (ayat 6) : Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati.

Ular tedung sama bahayanya dengan ular cobra, bisanya mematikan. Ular tedung itu memang sudah ada di sana sejak dulunya, bukan tiba2 ada. Tapi selama ini Tuhan memberi perlindungan kepada bs Israel agar tidak digigit. Tapi saat perlindungan itu diambil, maka yang terjadi banyak orang israel yang digigit sampai mati. Ini Tuhan ijinkan terjadi, untuk mengingatkan umat Tuhan saat itu.
Peristiwa itu lah yg menyadarkan bs Israel, oleh karena itu dalam ayat selanjutnya dikatakan : Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami."

Nah, barulah saat itu bs Israel sadar bahwa tanpa pertolongan Tuhan maka mereka akan binasa. Dan mereka menyadari akan kesalahan mereka.
Sikap seperti inilah yang diharapkan Tuhan. Untuk bersedia datang kepada Tuhan dan bersedia mengakui kesalahan dan dosa mereka di hadapan Tuhan. Dan Tuhan tidak pernah kecewakan setiap orang yang datang kepadaNya. Ia akan meberi pertolongan.
Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup."

Ular tedung dipakai oleh Tuhan sebagai simbol kehadiranNya. Oleh karena, setiap yang melihat simbol ular tedung itu tidak binasa. Itu hanya simbol. Kekuatan yang memberi kehidupan datangnya dari Tuhan sendiri, bukan karena ular tembaga tsb.

Oleh karena itu saat, terjadi pergeseran keyakinan, maka Tuhanpun memberi teguran.
Dalam II Raja2 18 : 4 dikatakan : 4 Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan.

Raja Hizkia dipakai oleh Allah untuk membawa kembali umat Allah yang saat itu terjebak dalam situasi pemberhalaan simbol ular tembaga, umat Allah masuk dalam lingkaran simnolisme. Karena sudah terjadi pergeseran keyakinan, mereka mempersembahkan korban bakaran di depan ular tsb.

Allah yang ditinggikan

Oleh karena itu dengan cara yang sangat mengagumkan kalau Yohanes menyatakn itu dengan jelas. Bahwa hanya Anak Manusia lah yang layak untuk ditinggikan. Karena dengan begitu setiap orang yang percaya akan memperoleh kehidupan kekal.
Meninggikan Yesus berarti memandang Yesus dalam segala kemuliaanNya sebagai anak Allah. Keyakinan seperti inilah yang membawa kepada keselamatan yaitu hidup kekal.

Saat allah ditinggikan dalam hidup kita, maka disaat itulah hidup menjadi lebih bermakna dan penuh arti, baik di dunia saat ini maupun dalam dimensi kekekalan di masa depan kelak.

Iman = Percaya

Tawaran keselamatan diberikan kepada setiap kita yang percaya. (baca Yoh 3:16). Kata kunci dari ayat emas ini adalah’PERCAYA’. Kata ini yang membawa dari kebinasaan menuju hidup yang kekal.

Illustrasi  Secara sederhana saya mau gambarkan, ini seperti pasword. Saat ada pintu yang mengantar kepada hidup kekal, dan pintu itu tidak dibuka degna cara apapun kecuali kita mengetahui passwordnya. Dan ternyata paswordnya adalah percaya.


Iman adalah kasih karunia

Efesus cukup jelas menyampaikan bahwa Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

Kita harus bersyukur sekali bahwa setiap kita dikarunikan iman tsb. Seperti yang kita ketahui bahwa di luar sana orang berlomba2 untuk mengetahui password itu. Tapi kita sudah mendapatkanya. Oleh karena itu ungkapan syukur itu kiranya dapat diungkapkan degan cara hidup yang seperti diungkakan dalam mazmur 107 : 21 ~ 22
Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia.
Biarlah mereka mempersembahkan korban syukur, dan menceritakan pekerjaan-pekerjaan-Nya dengan sorak-sorai!


Aplikasi Iman

1. Mengarahkan pandangan kita hanya kepada Allah, jangan terpukau kepada simbol, dan terjebak dalam simbolisme
2. Padang gurun seringkali diijinkan terjadi dalam kehidupan kita, itu adalah bagian dimana kita dilatih untuk hidup dalam karakter yang Tuhan akan bentuk. Jangan kita bersungut2, dan berkeluh kesah bahkan komplain pada Tuhan akan kondisi kita.
3. Miliki pasword
4. Hidup dalam ucapan syukur
- Saling menghormati satu sama lain