Jam empat sore, aku tiba di Bandara Polonia. Dengan penuh sabar kutunggu bus menuju kontrakan ponakanku. Aku disuruh ibu pulang. Katanya, adik sepupuku akan mengenalkan calon suaminya pada keluargaku. Aku memang sudah lama tidak pulang dan tak bertemu sepupuku. Sudah dua tahun lamanya. “pulanglah Nak,kita semua sudah kangen,” begitu pesan ibu dalam pembicaraan terakhir kami melalui telepon selular. Aku tidak menanyakan siapa nama dan semua hal yang menyangkut calon adik ipar sepupuku itu. Tak perlu dalam hatiku, toh nanti akan ketemu juga. Lagi pula, pilihan adikku adalah pilihan kami semua. Adikku pasti bisa menentukan yang terbaik bagi dirinya. Juga kedua orang tuaku,tidak pernah mengekang kami dalam berhubungan siapa pun. Asal orangnya baik,mereka pasti merestui. Kukatakan begitu,karena orangtuaku mendidik kami dengan baik dan penuh kasih,walau sebagai orangtua mereka terkadang keras,itu semua demi kebaikan dan bekal. Kelak, kami saat terpisah dari mereka untuk melanjutkan studi dan kehidupan kami dimasa depan.
Itulah yang terpikir dalam benakku,aku harus bisa membahagiakan orangtuaku kelak,kegigihan dan segala cinta yang mereka curahkan buat anak-anaknya memotivasiku untuk cepat menyudahi sekolahku di bangku Es Em A. Aku menolak kebaikan kakak angkatku untuk membiayaiku melanjut dibangku kuliah. Karena sebenarnya dalam hatiku aku hanya berniat sekolah Ministry khusus untuk kaum wanita (Biv) untuk mengikuti jejak kakakku dan ada sebuah kerinduan dalam hati yang tidak kumengerti, tapi semua itu terkubur jauh di lubuk hatiku.
Sampai pada akhirnya dengan bermodalkan ijazah Es Em A aku mendapatkan pekerjaan. Dan sedikit aku bisa menepati janji yang pernah terpatri.
Hingga aku pun lupa dengan diriku sendiri. Terkadang teman-temanku mengejekku.
“Sya,dari tahun ketahun kamu bekerja terus tapi mana hasilnya? Masak tiap hari bergulat dengan kerja dan kerja tanpa ada waktu untuk lelaki!”
“apa tidak terpikir bagimu untuk tampil cantik? Kamu masih gadis lho!”
Perkataan temanku itu memang benar. Tapi apalah artinya bagiku? Tak akan ada yang memujiku seperti dulu. Tak akan pernah kudengar lagi,”Sya…kamu cantik banget dengan baju itu……” atau “Sya….kamu dimana?? Aku kangen!!!”
Sekarang segalanya…………sudah tiada lagi. Termasuk cintaku. Pemuda yang pernah mengisi hidupku kini pergi tanpa jejak,tanpa pesan. Terakhir kudengar dia di
Bus menuju desaku mulai melaju melalui rute yang membuat perutku terasa mual. Perjalanan ini mengingatkanku pada masa sekolah dulu. Setiap liburan tiba,aku selalu minta dibelikan tiket bus malam karena aku akan sangat menikmati perjalanan malam ketimbang siang.
Desaku masih seperti dulu,tak banyak kemajuan,hanya pelebaran jalan yang nampak sedang masih dalam pengerjaan. Sesampainya aku di rumah,keluargaku menyambut dengan gembira.
Setelah selesai mandi, aku menemani ibuku di ruang tamu tanpa menyadari kehadiran adikku….
“Kak Sya,nich dia calon aku….” Suara adikku mengejutkanku. Di depanku berdiri sosok lelaki gagah tapi,
“Natasya?? Benarkah kamu itu?”
“Deg!!..” jantungku seolah berhenti berdetak,darahku terasa beku. Aku tak mampu menahan gejolak di hatiku., marah,rindu,benci beradu menjadi satu.
“Kakak mengenalnya?”
“Aku tidak mengenalnya” kataku berbohong dan menjerit dalam hati.
*****
Kak Roy…maafin aku. Aku sudah pernah bilang,kebahagiaan orang yang kusayangi adalah kebahagiaanku juga. Aku rela asal kalian berdua bahagia. Setelah kita kehilangan kontak,kak
*****
“Aku memang salah, kepergianku tak kuberitahu. Sebab ,aku tak sanggup melihat airmatamu. Karena pikirku,aku pasti bisa memberitahu sesampai di Jakarta.tapi hapeku hilang di Kapal. Aku menanyakan keluargaku di
“Karena aku ingin melupakan kakak” ucapku berbohong, aku sudah menemukan lelaki lain yang lebih baik dari kakak. Mungkin aku lebih mencintainya!” lirihku pelan..kutelan ludah ini,terasa pahit.sepahit empedu.
“Sya,aku tahu kamu pasti bohong. Tetapi aku senang engkau sudah punya pengganti kakak”
“Nak Roy? Kalian sudah saling kenal? Tiba-tiba ibu muncul diantara kami.
“Ibu…. Jangan kuatir,semua baik-baik saja kok” kataku menenangkan ketegangan yang tersirat di wajah ibu.
“Maafkan aku ibu! Aku tak menyangka ternyata Natasya adalah kakak Angel. Aku tidak bisa melanjutkan hubunganku dengan Angel. Sebab,aku mencintai Angel karena Natasya. Setahun lalu teman kuliahku memberi alamat Angel padaku,karena aku ingin mencari temen curhat sampai akhirnya Angel mengirim fotonya ke
Aku benar-benar terkejut mendengar keputusan Kak Roy. Kehadiran dan kepergian kali ini menorah luka yang teramat dalam bagiku. Luka yang mungkin tak akan bisa sembuh sampai kapan pun. Mungkin aku tidak berjodoh dengan kak
Keesokan harinya, kak
“Selamat tinggal Sya..jaga dirimu baik-baik. Angel,maafkan aku,aku harap kamu bisa mengerti dengan semua ini.”
“Selamat jalan kak” ucapku membalas genggaman tangan kak
Bus bergerak maju perlahan. Kak Roy melambaikan tangan..lambaian tangannya kubalas sampai bus menghilang di tikungan jalan. “Tuhan, lindungilah orang yang kusayang selamanya.”